3. SELALU BERBUAT KEBAJIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN
Umat Muslim diciptakan oleh Allah menjadi umat terbaik yang selalu berbuat kebajikan sekaligus mencegah kemungkaran seperti dijelaskan Al Quran dalam Surat (3) Ali Imran ayat 110: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Ayat ini menegaskan bahwa mereka yang memiliki kecerdasan transendental tinggi akan selalu berusaha mengerjakan perbuatan baik dan meninggalkan pekerjaan yang buruk di sisi Allah (Oleh karena buruk di sisi Allah, maka otomatis hal itu buruk di sisi manusia). Surat (16) An Nahl ayat 90:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran agar kamu dapat mengambil pelalajaran.
Tak hanya mengerjakan kebajikan, mereka juga harus mencegah terjadinya kemungkaran. Bila mereka diajak untuk melakukan pekerjaan yang tidak baik misalnya mencuri, merampok, melakukan korupsi, menipu orang lain, berbuat zina, mabuk-mabukan, bersikap iri dengki, melakukan fitnah, melupakan kewajiban agama atau mempersekutukan Allah - dan berbagai bentuk kemungkaran lainnya - maka mereka harus menolak dan mencegahnya semaksimal mungkin. Mereka tidak hanya bisa menolaknya (untuk diri sendiri), tetapi mencegahnya (agar hal itu tidak dilakukan oleh orang lain) padahal dia mengetahui kemudharatan hal tersebut. Adalah dosa jika membiarkan kemungkaran terjadi tanpa berusaha sedikitpun untuk mencegahnya, Surat (103) Al `Ashr ayat 3:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati seupaya menetapi kesabaran.
Bilamana semua umat Muslim menjalankan perintah Allah ini, niscaya perbuatan kebajikan akan menguasai kehidupan manusia dan kemungkaran akan tersingkir. Kehidupan dunia akan benar-benar damai, berkah dlan penuh kasih sayang di jalan Allah.
Selain itu, Allah membenci orang-orang yang zalim, sebagai salah satu bentuk perbuatan yang tidak baik karena mereka adalah orang-orang yang berhati jahat dan selalu bertindak di luar batas. Tidak hanya zalim kepada manusia, tetapi juga zalim terhadap berbagai ciptaan Allah lainnya (binatang, lingkungan alam, dan lain-lain). Atas dasar itu, Islam tidak mentolerir orang-orang yang zalim seperti Surat (42) Asy Syuura ayat 40:
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim
4. BERTANGGUNG JAWAB
Dalam Islam, pertanggung-jawaban merupakan salah satu dasar dari keyakinan agama, Surat (75) Al Qiyaamah ayat 36: Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertannggungjawaban)?
Hal ini persis seperti hukum aksi-reaksi atau hukum sebab akibat yang bersifat universal. Setiap pribadi manusia harus bertanggung jawab terhadap apa yang dimilikinya (organ tubuh, kecerdasan, harta, anak-anak, dan sebagainya) maupun dari setiap amal perbuatannya sendiri. Perhatikan pula Surat (17) Al Israa' ayat 36:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.
Perbuatan amal dibalas Allah dengan pahala, dan perbuatan melanggar larangan Allah diganjar dengan dosa. Islam tidak mengenal penebusan dosa oleh seseorang terhadap orang lainnya. Konsekuensi amal perbuatannya itu akan bisa terlihat di dunia maupun di akhirat kelak, Surat (4) An Nisaa' ayat 79: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.
Atau Surat (4) An Nisaa' ayat 11: Barang siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Makna dari berbagai firman Allah ini adalah, manusia harus selalu bertindak penuh tanggung jawab dalam setiap tindakan maupun dalam menjalankan seluruh perannya: sebagai pemimpin, bawahan, kepala rumah tangga, anak, warga negara, politisi, penegak hukum, pendidik, ulama, dan sebagainya.
Setiap tindakan harus dipikirkan matang-matang untung ruginya dan baik-buruknya karena harus bertanggung jawab terhadap akibatnya. Prinsip ini akan menggiring manusia untuk berusaha terus meningkatkan amal-kebajikan, termasuk tidak melakukan fitnah. Umat Muslim diharamkan untuk berbuat fitnah sebagai salah satu bentuk tindakan orang yang tidak bertanggung jawab,
Namun di sisi lain, secara pribadi sikap bertanggung jawab ini juga harus dimanfaatkan di dalam meraih keberhasilan hidup di dunia. Setiap manusia harus menyadari bahwa dia bertanggung jawab penuh (100%) kepada dirinya untuk meraih keberhasilan dan kebahagiaan. Ia <http://kebahagiaan.la/> tidak bisa menggantungkannya kepada orang lain, dan juga tidak bisa menyalahkan hal di luar dirinya (orang lain, cuaca, jalanan yang macet, dominasi kapitalisme, iklim berusaha, kondisi politik, dan lain-lain) atas kegagalannya meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Terlalu banyak umat Muslim yang menyalahkan orang atau hal lain di luar dirinya atas kegagalan meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Hal ini menyebabkan upaya meraih kesuksesan dan kebahagiaan tidak pernah dilakukan secara maksimal dan terencana secara baik.