SIKAP DAN PERILAKU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. MENYAYANGI KEDUA ORANG TUA
Manusia yang memiliki kecerdasan transendental yang tinggi menyayangi dan menghormati kedua orang tuanya secara tulus. Sikap ini akan memberikan kemuliaan dan kesuksesan kepada manusia. Sebab, doa tulus dari orang tua terhadap anaknya akan dikabulkan oleh Allah. Apapun kondisi hidup yang harus dijalani, wajib hukumnya untuk menghormati kedua orang tua karena besarnya pengorbanan orang tua terhadap dirinya, seperti Surat (46) Al Ahqaat ayat 15:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a : “Ya Tuhanku, tujukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungnguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
Ayat ini menjelaskan betapa besarnya pengorbanan ibu bapa, khususnya ibu, terhadap anak-anaknya. Itu sebabnya, dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad SAW mengatakan, surga berada di bawah telapak kaki ibu.
Kasih sayang anak kepada ibu bapak harus diwujudkan baik semasa beliau masih hidup hingga beliau sudah meninggal sekalipun (misalnya dengan rutin mengirim doa). Jangan sekali-kali meninggikan suara, berbuat tidak hormat, dan berbicara yang tidak baik kepada ibu bapak, kendatipun Anda capai merawatnya hingga usia lanjut. Al Quran secara rinci mengatur adab anak terhadap kedua orang tua dalam Surat (17) Al Israa' ayat 23:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Hal ini diperkuat lagi oleh Hadis Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Muslim: Amal yang paling utama (afdhal) adalah mengerjakan shalat pada (awal) waktunya, dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
2. MEMILIKI INTEGRITAS TINGGI
Orang yang memiliki kecerdasan transendental tinggi selalu berusaha untuk bertindak dan berkata secara jujur, kendati hal itu kadangkala menyakitkan dan menimbulkan kesulitan bagi dirinya. Allah sangat membenci orang-orang yang munafik, orang-orang yang tidak satu kata dengan perbuatan, dan orang-orang yang suka berbohong. Perhatikan Surat (33) Al Ahzab ayat 70:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
Secara filosofis, sikap jujur ditanamkan Allah kepada setiap umat-Nya melalui pemahaman bahwa Allah menyediakan malaikat-malaikat yang mengikuti manusia untuk mencatat segala amal perbuatannya, seperti Surat (82) Al Infithaar ayat 10-12: Padahal sesunguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan akan mencatat pekerjaan-pekerjaanmu itu. Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Hal ini memberikan pemahaman kepada umat Muslim untuk selalu bertindak jujur karena selalu diawasi oleh Allah. Apa yang kita perbuat, sekecil apapun, akan dicatat oleh Allah apa adanya dan ditimbang pada saat hari Kiamat kelak. Surat (21) Al Anbiyaa' ayat 47:
Dan kami pada hari Kiamat akan mengadakan timbangan yang adil, sehingga seseorang tidak akan dirugikan barang sedikitpun, dan kalau ada (perbuatan) sebesar biji sawipun, niscaya akan Kami kemukakan kepadanya dan cukuplah Kami sebagai penimbang.
Pada hari Kiamat, tidak satupun hal yang bisa kita tutuptutupi. Allah bersama malaikat-malaikat-Nya akan jujur apa adanya saat membuat timbangan amal perbuatan setiap manusia. Tidak dikurang-kurangkan, dan tidak pula dilebih-lebihkan. Oleh karena itu, makna filosofis ini harus tercermin pula pada kehidupan sehari-hari. Surat (2) Al Baqarah ayat 42: Dan janganlah kami campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui.
Menjadi orang yang memiliki integritas, selain mulia di sisi Allah juga dihormati oleh orang lain (kawan maupun lawan). Memiliki integritas tinggi sama maknanya dengan memelihara kehormatan diri. Janganlah kita menjadi manusia murahan yang bisa dibeli oleh siapapun dan dalam bentuk apapun. Oleh karenanya, jika menjadi penguasa, jadilah penguasa yang jujur (tidak selalu melakukan korupsi, manipulasi, menyalahgunakan jabatan, dan berbohong menutupi fakta yang sebenarnya); menjadi pengusaha, jadilah pengusaha yang jujur (jangan terus membohongi atau menipu konsumen, kreditur, maupun rekan bisnis untuk keuntungan diri sendiri); menjadi ilmuwan, jadilah ilmuwan yang jujur (jangan melihat kebenaran atas dasar kepentingan pribadi atau golongan tertentu); menjadi pegawai, jadilah pegawai yang jujur (jangan selalu berbohong asal bos senang); menjadi pedagang, jadilah pedagang yang jujur. Surat (17) Al Israa' ayat 35: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.