11. TIDAK BOROS MAUPUN KIKIR
Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang boros, apalagi ditambah dengan sifat kikir di jalan Allah. Hidup boros adalah perilaku setan, seperti Surat (17) Al Israa' ayat 27: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhamnya.
Hidup boros berarti tidak pernah berpikir tentang masa depan yang belum pasti. Daripada boros lebih baik harta yang ada dipergunakan untuk menambah ilmu, modal menghadapi masa depan, dan membantu saudara-saudara kita yang tidak beruntung.
Orang yang beriman menurut Allah adalah mereka yang tidak boros dan tidak pula kikir, Surat (25) Al Furqan ayat 67: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Allah melaknat mereka yang kikir, tidak mau mengeluarkan hartanya di jalan Allah, Surat (4) An Nisaa' ayat 37: (yaitu) orang-orang yang kikir; dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan unuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.
Dalam konteks organisasi, prinsip tidak boros ini harus ditunjukkan dengan kemauan untuk melakukan efisiensi dalam menjalankan roda organisasi. Bagi organisasi bisnis, efisiensi adalah kata kunci untuk bertahan hidup dan memenangkan persaingan. Setiap orang, bagian, unit, dan divisi harus senantiasa mengupayakan efisiensi.
Efisiensi di sini bukan berarti dengan menekan hak-hak karyawan, menekan para pemasok di luar batas, dan berbagai hal yang tidak baik lainnya. Efisiensi adalah menghentikan segala pemborosan. Bilamana efisiensi berhasil diperoleh dan perusahaan meraih untung, maka seyogyanya perusahaan juga tidak kikir berbagi keuntungan dengan seluruh stakeholders, termasuk membantu orang-orang yang tidak mampu.
12. CERDAS & BERILMU
Orang yang memiliki kecerdasan transendental tinggi haruslah orang-orang yang berilmu dan beramal saleh. Memahami kebesaran Allah dengan segala kekuasaan-Nya - termasuk penciptaan manusia dan alam semesta-hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang yang cerdas dan berilmu. Banyak sekali ayat Al Quran yang berisi perintah Allah untuk membaca, memahami, dan mengambil pelajaran dari keberaturan penciptaan alam semesta, manusia, dan berbagai sejarah umat manusia seperti dijelaskan dalam Bab 5. Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia akan bisa membuktikan kebenaran firman Allah dan memahami berbagai fenomena kehidupan untuk meningkatkan ketakwaannya. Bertakwa harus dengan logika.
Ayat-ayat Allah tersebut memerintahkan manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran yang tiada henti. Proses pembelajaran itu berlangsung dalam berbagai ragam bentuknya, tidak hanya dengan menuntut ilmu secara formal tetapi juga dengan cara informal - termasuk dengan memperhatikan secara seksama segala ciptaan Allah, perilaku manusia, membaca Al Quran dan Hadis, dan seterusnya. Proses pembelajaran berlangsung pula di berbagai tingkatan usia dan beragam tempat.
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya ilmu pengetahuan hanya bisa diraih dengan belajar, dan sikap toleransi hanya bisa diraih dengan melakukan latihan.
Kebodohan adalah hal yang paling menyedihkan dalam kehidupan. Kebodohan adalah satu langkah menuju kekafiran. Ia <http://kekafiran.la/> pertanda kematian Akal-Budi, lenyapnya Kesadaran Diri, involusi kehidupan, dan kesia-siaan kehidupan. Bagi orang-orang yang bodoh, tidak ada bedanya hari kemaren dengan hari ini; apalagi hari esok.
Ketika seseorang senantiasa menuntut ilmu, maka berbagai pencerahan akan berhasil diraihnya. Kecemasan, depresi, dan kesedihan akan sirna dengan sendirinya.
Oleh sebab itu, orang-orang yang memiliki kecerdasan transendental yang tinggi akan selalu berupaya meningkatkan kecerdasan dan kompetensinya dengan terus belajar, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memberi nilai tambah bagi lingkungan. Ikhtiar dan ijtihad untuk meluaskan pengetahuan (knowledge) mewarnai kehidupannya sehari-hari demi kemaslahatan dirinya, keluarganya, perusahaannya, lingkungannya maupun umat keseluruhan.